Mlaku-Mlaku Di Jalan Tunjungan, Malioboro-nya Kota Surabaya

Mlaku-Mlaku Nang Jalan Tunjungan

Berwisata selalu identik dengan berbelanja karena memang berwisata seakan tak pernah lengkap dan terasa sempurna tanpa disertai dengan aktivitas berbelanja di tempat wisata yang dikunjungi. Tak ayal, banyaklah bermunculan pedagang dan area perdagangan di sekitar tempat wisata. Hal ini pun juga sama ditemukan di wilayah Surabaya. Ada banyak sekali tempat tujuan wisata yang dikelilingi oleh pedagang-pedagang dan tempat-tempat perbelanjaan. Salah satu lokasi yang sangat cocok untuk berbelanja adalah jalan tunjungan Surabaya.

Jalan Tunjungan ini dari sisi bahasa memiliki makna yang unik. Tunjungan berasal dari kata Tunjung dalam Bahasa Jawa. Maknanya adalah bunga teratai putih. Sehingga yang dimaksud dengan tunjungan adalah tempat bunga teratai putih tumbuh bermekaran. Selain itu, kata Tunjung juga bermakna bagian ujung dari tombak yang biasanya dibuat dari bahan logam.

Lokasi Strategis Jalan Tunjungan

Jalan Tunjungan merupakan satu lokasi yang berada di tengah wilayah Kota Surabaya. Lokasi strategis inilah yang menjadikan Tunjungan sebagai salah satu tempat yang banyak dikenal oleh masyarakat Surabaya sendiri dan yang ada di luar Surabaya.

Jalan Tunjungan ini menjadi penghubungan beberapa daerah yang ada di sekitarnya sebut saja pemukiman Sawahan, Ketabang, Gubeng dan juga Darmo termasuk juga area perdagangan yang ada di kawasan Kya Kya Kembang Jepun dan Jalan Jembatan Merah.

Monumen Tunjungan Siola

Pada masa terdahulu, kawasan Jalan Tunjungan ini dikenal sebagai segitiga emas Tunjungan, ada beberapa wilayah yang masuk dalam kategori ini misalnya jalan Embong Malang, Blauran, dan juga Praban. Disudut jalan pertemuan antara Jalan Tunjungan dengan Jalan Genteng Kali berdiri sebuah gedung sentra bisnis sejak dari zaman kolonial hingga awal tahun 2000-an, bangunan tersebut bernama Gedung SIOLA. Pertengahan tahun 2015 Gedung Siola dibuka kembali namun beralih fungsi sebagai  Museum Surabaya dan pusat layanan masyarakat Kota Surabaya.

Semua daerah yang telah disebutkan di atas memiliki kekhasan dalam industrinya, sehingga memang dapat disebut bahwa area jalan Tunjungan ini dikelilingi oleh daerah perdagangan dengan spesifikasi tersendiri. Misalnya, daerah Blauran terkenal dengan areal lokasi toko perhiasan emas, area jalan Praban dikenal dengan perdagangan sepatu, sedangkan untuk jalan Embong Malang menjadi pusat untuk pusat bisnis kreatif seperti biro iklan.

Inilah yang menjadikan Jalan Tunjungan seakan menjadi pusat bisnis yang menyediakan aneka kebutuhan masyarakat. Apapun yang dicari, bisa jadi selalu ada di area ini. Tak mengherankan Jalan Tunjungan pun berkembang menjadi area komersial.

Jalan Tunjungan Dahulu dan Sekarang

Keberadaan jalan tunjungan ini sudah ada sejak awal abad ke-20, yaitu di sekitar tahun 1930-an. Awalnya memang didirikan komplek pertokoan utama di area ini dengan berdirinya beberapa bangunan beton dengan gaya arsitektur modern. Kemudian, jalan ini pun menjadi penghubung antara beberapa daerah yang ada di sekitarnya. Hal ini semakin membuat jalan tunjungan lebih banyak dikenal oleh masyarakat luas.

Segitiga Emas Jalan Tunjungan

foto: IG @poendiks

Selain di sektor perdagangan, jalan tunjungan juga dipenuhi dengan area perhotelan. Ada beberapa hotel besar yang berdiri di sekitar area ini. Sebut saja Hotel Tunjungan dan Hotel Majapahit. Bahkan Hotel Majapahit mengusung gaya klasik yang terinspirasi untuk tetap mengabadikan sejarah perjuangan arek Suroboyo di masa lampau.

Pun demikian dengan yang ada saat ini, banyak sekali area perdagangan dan perbelanjaan yang dapat ditemukan di area Jalan Tunjungan ini. Saat ini, di sekitaran jalan tunjungan Surabaya ini dapat ditemukan sejumlah bangunan besar nan megah seperti beberapa bank, hotel, plaza, supermarket dan juga toko besar. Bagi seorang wisatawan wajib mengunjungi Jalan Genteng Besar yang menjadi pusat toko oleh-oleh khas Surabaya di tengah kota. Puluhan toko oleh-oleh ternama berjejer disepanjang jalan yang berada di sisi Jalan Tunjungan ini. Selain itu, juga terdapat Monumen Pers Perjuangan Surabaya sebagai salah satu bangunan bersejarah yang ada di Surabaya.

Revitalisasi Area Jalan Tunjungan

Perkembangan Jalan Tunjungan terjadi begitu pesat, semakin banyak bermunculan area perdagangan yang memenuhi kawasan ini dan juga sekitarnya. Keadaan terbaru Jalan Tunjungan saat ini adalah terdapatnya berbagai proyek revitalisasi yang dilakukan oleh Pemerintahan Surabaya.

Revitalisasi Jalan Tunjungan

foto : IG @anggazaldianto

Pemerintahan Surabaya memiliki visi untuk menjadikan Jalan Tunjungan sebagai salah satu public center. Upaya yang dilakukan salah satunya adalah dengan pelebaran jalan di area pejalan kaki, perbaikan saluran air, dan mengadakan even-even yang mampu mendongkrak jumlah wisatawan asing.

Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan

Untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Surabaya, Pemkot Surabaya harus menggali potensi wisata dan menggagas gelaran event-event yang mampu menyedot animo masyarakat. Pemerintah Kota Surabaya secara rutin menggelar acara “Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan”, sebuah kegiatan yang bermakna “Jalan-Jalan ke Tunjungan”. Acara ini dimulai pukul 16.00 WIB hingga 23.00 WIB disepanjang Jalan Tunjungan. Jalan dengan panjang 0,65 kilometer ini pun sering diadakan car free day. Acara ini memang bermaksud untuk mengakomodir sektor perdagangan di jalan tunjungan sendiri dan juga seluruh Surabaya. pada saat seperti inilah, maka jalan tunjungan akan tertutup untuk semua kendaraan dan hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki sembari menikmati aneka pedagang dengan aneka barang dagangannya di sepanjang jalan.

Mlaku-Mlaku Nang Jalan Tunjungan

Sebanyak 250 pelaku usaha kreatif di Surabaya yang aktif di program Pahlawan Ekonomi, ikut berpartisipasi di acara Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan ini. Selain menjual produk oleh-oleh khas Surabaya, event ini bisa dijadikan sebagai tujuan wisata kuliner karena menjual berbagai macam kuliner khas Surabaya. Komunitas pengamen jalanan serta musik patrol, ikut ambil bagian pada event ini, sebagai pengisi acara hiburan panggung.

250 pelaku usaha kreatif yang terlibat di acara Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan adalah mereka yang telah mengikuti re-branding atau re-packaging tata rupa. Dari 250 pelaku usaha kreatif tersebut, terdiri dari para pelaku UKM dan Non-UKM. Khusus untuk pelaku UKM, yang ikut serta di event ini harus memenuhi beberapa syarat. Diantaranya memiliki produk unggulan, harus mengikuti road show serta menyerahkan laporan keuangan.

Meningkatnya angka kunjungan wisatawan ke Surabaya, tidak lepas dari gebrakan yang dilakukan pemerintah kota. Seperti, event Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan yang bisa menambah wisatawan lokal maupun internasional. Event seperti ini selalu menarik perhatian warga Surabaya dan memiliki daya tarik bagi wisatawan, terlebih digelar di Jalan Tunjungan yang merupakan salah satu ikon Surabaya.

Malioboro-nya Surabaya

Inilah yang kemudian menginspirasi jalan tunjungan untuk memiliki kesamaan dengan Jalan Malioboro yang ada di Yogyakarta. Hal ini menjadi visi ke depan yang ingin direalisasikan oleh pemerintahan Surabaya dan beberapa pihak lain yang ingin mengembangkan Jalan Tunjungan sebagai pusat usaha komersil rakyat.

Impian ini bukanlah tidak mungkin karena selama ini jalan tunjungan sudah dikenal oleh masyarakat luas sebagai area perdagangan yang tak pernah sepi. Kalaulah Yogyakarta punya Jalan Malioboro yang diagung-agungkan sebagai kawasan perdagangan yang terkenal seantero dunia, Surabaya pun tak mau kalah, ada jalan tunjungan yang diimpikan untuk menyamai keberadaan Jalan Malioboro tersebut. – #BanggaSurabaya


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!